Selasa, 29 Maret 2011

APK-Fisiologi


PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
      Aspek-aspek ergonomic dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang kerja dan fasilitas akomodasi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomic dalam rancang bangun fasilitas dalam decade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai fisiologi kerja.
Jenis pekerjaan sangat mempengaruhi kinerja fisik manusia. Pekerjaan yang berat pastinya akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan manusia. Dalam system kerja, manusia berperan sebagai sentral yaitu sebagai perencana, perancang, pengendali dan pengevaluasi sistem kerja, sehingga untuk dapat menghasilakan rancangan system kerja yang baik perlu dikenal sifat-sifat, keterbatasan, serta semua kemampuan yang dimiliki manusia.
Fisiologi adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang fungsi normal dari suatu organisme mulai dari tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ hingga tingkat organisme itu sendiri. Adapun fungsi yang dipelajari adalah fungsi kerja yang meliputi fungsi mekanik, fisik dan biokimia dari makhluk hidup.
Factor yang mempengaruhi hasil kerja manusia, secara garis besar dapat digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu:
a.    Faktor-faktor terdiri dari : sikap, system, nilai, karakteristik, fisik, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan lain-lain.
b.    Faktor-faktor situasional : lingkungan fisik, mesin dan peralatan, metode kerja, dan lain-lain.
LANDASAN TEORI
            Pada saat tata cara kerja secara perlahan-lahandirubah ataupun diperbaharui agar bisa lebih cepat, sederhana dan atau mudah dikerjakan, maka kecenderungan yang dijumpai dalam upaya perubahan ataupun perbaikan tadi adalah menghindari kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dengan menggunakan energi otot manusia (manual works). Dengan mekanisasi ataupun otomatisasi kerja, secara drastis kekuatan otot manusia-sebagai sumber energi kerja- akan digantikan oleh tenaga mesin (machine power). Hal tersebut terutama sekali untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kerja yang berat ditinjau dari aspek keterbatasan kemampuan otot manusia seperti aktivitas pemindahan material, repentitive manual works, dan lain-lain.
            Studi ergonomi dalam kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan agar bisa memberikan peningkatan efektifitas dan efisiensi, selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia pekerjanya. Salah satu tolak ukur yang diaplikasikan untuk mengevaluasi tata cara kerja sudah dirancang baik atau belum dengan cara mengukur penggunaan energi kerja yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Berat atau ringannya kerja yang harus dilakukan oleh seorang pekerja akan bisa ditentukan oleh gejala-gejala perubahan yang tampak dan bisa diukur lewat pengukuran anggota tubuh/fisik manusia antara lain seperti :
  1. Laju detak jantung (heart rate).
  2. Tekanan darah (blood pressure).
  3. Temperatur badan (body temperature).
  4. Laju pengeluaran keringat (sweating rate).
  5. Konsumsi oksigen yang dihirup (oxygen consumption).
  6. Kandungan kimiawi dalam darah (latic acid content).
Pengaturan laju detak jantung adalah aktivitas pengukuran yang paling sering diaplikasikan. Meskipun metode ini tidak langsung terkait dengan pengukuran energi fisik (otot) yang harus dikonsumsikan seseorang untuk kerja. Pengukuran oksigen dalam hal ini justru akan berkaitan dengan proses metabolisme  yang mana besar kecilnya oksigen yang dikonsumsi akan langsung terkait secara proporsional dengan konsumsi energi yang akan dipakai untuk kerja.
Selain dimanfaatkan untuk evaluasi dan perancangan tata cara kerja, hasil pengukuran energi yang dikonsumsi juga dapat diaplikasikan untuk berbagai alasan yang berkaitan dengan permasalahan-permasakahan berikut :
a.    Keselamatan (safety). Setiap pekerjaan haruslah dirancang dan disesuaikan dengan kemampuan fisik dari individu. Pekerjaan berat berlangsung lama dan berulang-ulang, perlu disesuaikan tanpa membebani pekerja di luar batas kemampuan fisiknya.
b.    Pengaturan jadwal periode istirahat (scheduling breaks). Pengeluaran energi untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik akan mengakibatkan rasa lelah. Dengan memberikan dan mengatur waktu istirahat maka diharapkan akan terjadi proses pemulihan (recovery) yang bermanfaat untuk kegiatan selanjutnya. Penetapan mengenai frekuensi dan lama periode waktu istirahat yang dibutuhkan untuk aktifitas manual fisik ini akan sangat tergantung pada besar kecilnya energi yang telah dikeluarkan.
c.    Spesifikasi jabatan (job spesification) dan seleksi personil. Setiap jenis jabatan akan memiliki spesifikasi dan karakteristik tertentu yang nantinya akan memberikan prasyarat tertentu pula bagi mereka yang akan melaksanakan tugas jabatan tersebut.
d.   Evaluasi jabatan (job evaluation). Kondisi kerja yang tidak ergonomic, berat dan memerlukan konsumsi energi fisik manusia yang besar dan akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pemberian point rating pada saat akan dilaksanakan evaluasi jabatan. Nilai ini akan menentukan besar kecilnya intensif yang perlu ditambahkan dalam struktur pemberian upah nantinya.
e.    Tekanan dari faktor lingkungan (environment stress). Seperti halnya dengan alasan evaluasi jabatan diatas, maka akibat kondisi lingkungankerja yang tidak ergonomic-seperti temperatur, bising, getaran, dsb-hal tersebut akan memberi pengaruh fisiologis pada para pekerja. Dengan melakukan pengukuran terhadap dampak fisiologis tersebut, selanjutnya dapat dirancang kondisi lingkungan yang bisa lebih ergonomic.
Dari beberapa alasan-alasan tersebut jelas bahwa dengan pengukuran energi fisik manusia yang dikonsumsi untuk kerja, hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam analisa yang signifikan dengan kepentingan manusia sendiri.
 Untuk merumuskan hubungan antara energi dengan kecepatan jantung, dapat dicari pendekatan kuantitatif hubungan antara energi dengan kecepatan jantung dengan analisis regresi. Bentuk regresi hubungan antara energi dengan kecepatan jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :


Y = 1,80411 – 0,0229038.X + 4,71733.10-4.X2 .X2

 
 


Keterangan :
Y = energi (kalori permenit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut permenit)
Setelah kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk matematis sebagai berikut :


KE = Ey1 – Ey0 Ey0 Ey0

 
 


Keterangan :
KE  = konsumsi energy untuk kegiatan tertentu/Kkal.
Ey1 = pengeluaran energy pada saat waktu kerja tertentu/Kkal.
Ey0 = pengeluaran energy pada saat istirahat / Kkal.
Rest Period (rp) :
Keterangan :
t = 60 menit 
W = Y terbesar
S = rata-rata dari energi ekspenditure 
Recovery / waktu istirahat / waktu pemulihan :

Keterangan :         E = KE = konsumsi energi saat bekerja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar