PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produktivitas dan mutu kerja karyawan dipengaruhi faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan kerja; antara lain beban kerja berlebihan yang tidak dapat diperkirakan, perubahan-perubahan di akhir waktu yang dirancang, kurangnya peralatan yang sempurna, dan tidak efisiennya alir kerja. Dengan demikian, penting untuk menjamin bahwa kerja itu dirancang untuk mencapai produktivitas dan mutu maksimum. Sedangkan masalah kondisi kenyamanan dan lingkungan kerja seperti faktor ergonomi: sikap, posisi kerja, dan kepadatan kerja, kurang diperhatikan. Kondisi ini dapat mengakibatkan timbulnya rasa tidaknyaman dalam bekerja, yang dapat menyebabkan kecelakaan serta penyakit akibat kerja. Ergonomi berkenaaan pula dengan optimis, efesiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Disamping itu ergonomi memperhatikan lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja yakni kondisi lingkungan fisik dari ruangan dan fasilitas-fasilitas dimana manusia bekerja. Hal ini meliputi perancangan penerangan, suara, warna, temperatur, kelembaban, bau-bauan dan getaran pada suatu fasilitas kerja. Lingkungan kerja yang optimal sangat tergantung dengan kondisi dari aktivitas kerja yang dilakukan.
LANDASAN TEORI
A. Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kecocokan atau kesesuaian antara manusia dengan pekerjaannya. Ilmu ergonomi menempatkan manusia titik sentral dan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia dalam pekerjaannya. Ergonomi memastikan bahwa tugas‐tugas, peralatan, informasi dan lingkungan harus menyesuaikan terhadap pekerja bukan sebaliknya. Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih terperhatikan.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat diartikan aturan atau hukum dalam bekerja. Secara umum ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kesesuaian pekerjaan, alat kerja dan atau tempat atau lingkungan kerja dengan pekerjanya. Semboyan yang digunakan adalah “Sesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan sesuaikan pekerja dengan pekerjaannya” (Fitting the Task to the Person and Fitting The Person To The Task). Kohar Sulistiadi dan Sri Lisa Susanti (2003) menyatakan bahwa fokus ilmu ergonomi adalah manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi, sistem kerja yang terdiri atas mesin, peralatan, lingkungan dan bahan harus disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia tetapi bukan manusia yang harus menyesuaikan dengan mesin, alat dan lingkungan dan bahan. Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal yang meliputi:
1. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi udara , desain peralatan dan lainnya.
2. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan: pendidikan,postur badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya.
3. Bahan‐bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan kecelakaan kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan lainnya.
4. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainnya Sasaran dari ilmu ergonomi adalah meningkatkan prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi aman, sehat, yaman dan tenteram. Aplikasi ilmu ergonomi digunakan untuk perancangan produk,meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktivitas kerja. Dengan mempelajari tentang ergonomi maka kita dapat mengurangi resiko penyakit, meminimalkan biaya kesehatan, nyaman saat bekerja dan meningkatkan produktivitas dan kinerja serta memperoleh banyak keuntungan. Peran ergonomi sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda‐tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik:
1. Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan.
2. Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan.
3. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error).
4. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang.
5. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja.
6. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
7. Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok
8. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
9. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
10. Komitmen kerja yang rendah.
11. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan. Agar tenaga kerja berada dalam kondisi nyaman dalam pekerjaan adalah yang perlu dikendalikan adalah lingkungan fisik yang mempengaruhi aktifitas manusia, yaitu semua keadaan yang yang terdapat disekitar tempat kerja seperti temperatur, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau‐bauan, kelembaban udara, warna dan lain‐lain yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusis tersebut.
B. KECEPATAN REAKSI
Sistem Manusia‐Mesin
Sebuah sistem manusia‐mesin berarti bahwa manusia dan mesin mempunyai hubungan timbal balik satu sama lain. Hal ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Model sederhana “Sistem Manusia – Mesin”
(Sumber : E. Grandjean, Fitting The Task to The Man, 1988)
Hal pokok dalam hubungan timbal balik dari manusia ke mesin dan dari mesin ke manusia, interaksi adalah yang terpenting. Interaksi secara ergonomis dari sistem manusia‐mesin adalah sebagai berikut :
a. Persepsi adalah semua informasi pada display.
b. Kontrol adalah operasi secara manual.
Ada tiga jenis hubungan interaksi dalam sistem manusia‐mesin :
a. Manual
Yaitu hubungan interaksi manusia dengan mesin dimana 90% kegiatan system dilakukan oleh mesin 10% sisanya dilakukan manusia.
b. Semi Otomatis
Yaitu hubungan interaksi manusia dengan mesin dimana peran dari mesin maupun manusia berimbang masing‐masing 50%.
c. Otomatis
Yaitu hubungan interaksi manusia dengan mesin dimana 10% kegiatan system dilakukan oleh mesin dan 90% sisanya dilakukan manusia.
Sistem adalah sebuah siklus tertutup dimana manusia memegang posisi kunci karena keputusan terletak padanya. Jalur informasi dan hubungan secara langsung pada prinsipnya mengikuti (yang diperintahkan). Sebagai contoh, display perekam member informasi tentang rencana‐rencana produksi, operator menerima informasi ini secara visual, serta harus mengerti dan memahami dengan benar (interpretasi). Pada kekuatan interpretasinya, dan mengingat pengetahuan sebelumnya, dia membuat sebuah keputusan. Langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan keputusan ini kepada mesin dengan menggunakan kontrol. Sebuah display kontrol menyampaikan hasil dari tindakan yang dilakukan oleh operator (perintah). Mesin kemudian membawa perintah tersebut kepada proses produksi sebagai program. Siklus telah lengkap ketika bagain‐bagian yang signifikan dari proses, misalnya temperatur atau jumlah, diperagakan kepada operator sebagai hasil dari perintah yang disampaikan kepada display. Display berfungsi sebagai suatu “sistem komunikasi” yang menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia. Yang bertindak sebagai mesin dalam hal ini adalah stasiun kerja dengan perantaraan alat peraga. Sedangkan manusia di sini berfingsi sebagi operator yang dapat diharapkan untuk melakukan suatu respon yang diinginkan.
C. KEBISINGAN (NOISE)
Pengertian Bunyi dan Ukuran
Bunyi adalah fenomena fisis berbentuk gelombang longitudinal yang merambat melalui media udara sehingga dapat sampai ke telinga garis lurus kecuali mendapat peredam ataupun dialihkan arahnya karena adanya penghalang. Di dalam udara, gelombang bunyi itu bergerak dengan kecepatan 760 mil per jam. Kecepatan rambatan melalui air akan empat kali lebih cepat daripada kalau melalui udara. Di dalam hampa, gelombang bunyi tidak dapat bergerak karena tidak ada media kenyalnya. Ada dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu :
1. Frekuensi
Frekuensi menentukan keras lemahnya suara. Frekuensi didefinisikan sebagai jumlah dari gelombang‐gelombang yang sampai telinga dalam satu detik dan dinyatakan dalam cycle per detik (Cataudt) atau Hertz atau jumlah gelombang per detik. Maka suatu sumber bunyi yang menghasilkan 2.000 gelombang per detik dikatakan mempunyai frekuensi 2.000 Hz. Bunyi yang dapat didengar manusia disebut Audiosonik dengan frekuensi 20 – 20.000 Hz. Kurang dari 20 cataudt suara itu akan lemah sekali dan akan kita rasakan hanya sebagai getaran saja (infra suara), mungkin bisa didengar oleh telinga binatang. Frekuensi di atas 20.000 Hz (melebihi sound barrier) termasuk sebagai ultra‐suara dan dipergunakan untuk bidang pengobatan.
Gambar 2.2 Garis Bentuk Kenyaringan
2. Amplitudo atau Intensitas bunyi
Amplitudo menentukan kuat lemahnya atau intensitas bunyi. Intensitas bunyi adalah daya melalui suatu unit luasan dalam ruang dan sebanding dengan kuadrat tekanan suara. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
I : intensitas
P : tekanan
A : luasan
Makin besar amplitudo dari gelombang suara itu, semakin kuat pula tekanan suaranya. Satuan ukuran bagi tekanan suara adalah Bel (B), tetapi ukuran tersebut sebenarnya terlalu besar untuk dipergunakan pada kejadian yang biasa, karena itu satuan desibel (dB) lebih dilazim dipergunakan (1 dB = 0,1 B). 1 dB = 0,002 dyne/cm2 merupakan besarnya tekanan suara ditingkat ambang pendengaran pada frekuensi 1.000 Hz yaitu tekanan minimal yang masih dapat kita dengarkan sebagai bisikan lembut (ambang pendengaran = hearing treshold).
D. KEBISINGAN
Kemajuan teknologi ternyata banyak menimbulkan masalah‐masalah seperti diantaranya yang dikatakan sebagai polusi. Salah satu bentuk dari polusi di sini ialah kebisingan (noise) bunyi‐bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Dikatakan tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi‐bunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi. Kebisingan memiliki efek yang berbeda terhadap kinerja seorang karyawan. Definisi ini dapat meliputi variasi yang luas dari situasi bunyi yang dapat merusak pendengaran. Suara radio tetangga bisa anda anggap sebagai bising atau mengganggu, karena musik yang mereka senangi itu mungkin tidak cocok dengan kesukaan anda. Bising juga berasal dari dunia sekitar yang bisa benar‐benar merusak indra pendengaran.
Tabel Pengaruh atau Akibat‐akibat dari Kebisingan
Tabel Kondisi Suara dan Batas Tingkat Kebising
tabel berikut akan menunjukan skala intensitas yang dapat terjadi akibat alat atau keadaan:
Tabel Ambang Batas Kebisingan Ruangan
Tabel Batas Kebisingan Yang Diperkenankan Sesuai Keputusan MenteriTenaga Kerja
Pengaruh tingkat kebisingan pada produktivitas :
1. Pada kebisingan dengan frekuensi rendah (suara diesel generator) produktivitas kerja seseorang tidak berpengaruh oleh tingkat kebisingan (dB) yang berbeda‐beda, bila pekerjaan sederhana dan tidak memerlukan konsentrasi tinggi. Pada pekerjaan yang rumit dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi produktivitas terpengaruh oleh tingkat kebisingan. Pada tingkat kebisingan 80 dB produktivitas kerja tertinggi karena pada kondisi ini kebisingan menjadi simultan bagi pekerja dan menjadi pembangkit kesadaran.
2. Pada kebisingan dengan frekuensi tinggi (misal suara gergaji listrik, gerinda) produktivitas kerja terpengaruh oleh tingkat kebisingan (dB ) yang berbeda‐beda baik untuk pekerjaan sederhana maupun rumit. Adapun siklus udara ventilasi sebagaimana kita ketahui bahwa udara sekitar kita akan mengandung sekitar 21% oksigen, 0.03% karbondioksida, dan 0.9% gas lainnya.Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan untuk makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Kotornya udara di sekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan kita dan hal ini tidak boleh dibiarkan berlangsung lama, karena mengganggu kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan.Ventilasi yang cukup akan mampu membantu memberi akan kebutuhan oksigen yang cukup.
E. PENCAHAYAAN (LIGHTING)
Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek‐obyek secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka lebar‐lebar. Pencahayaan merupakan faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang pekerja ditentukan pada ketepatan dan kecermatan saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan efektivitas kerja, serta keamanan kerja yang lebih besar.
Ciri‐ciri penerangan yang baik adalah :
1. Sinar atau cahaya yang cukup
Sinar atau cahaya yang cukup akan mempengaruhi dan menetukan kemampuan melihat secara tepat. Selain cahaya yang cukup variabel untuk dapat melihat secara tepat adalah ukuran obyek yang dilihat, jarak mata ke obyek, kecepatan obyek dan waktu lamanya penerangan. Untuk dapat melihat barang‐barang (obyek) yang kecil diperlukan tambahan penerangan yang cukup dan waktu yang agak lama. Peranan waktu yang dibutuhkan dalam melihat, akan bertambah penting bila obyek yang dilihat dalam keadaan bergerak.
2. Sinar atau cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan
Sinar atau cahaya yang menyilaukan terjadi bila ada cahaya yang berlebihan diterima oleh mata. Ada dua kategori cahaya yang menyilaukan (glare) :
a. Discomfort glare yaitu cahaya yang tidak menyenangkan tetapi tidak begitu mengganggu kegiatan visual. Efek yang ditimbulkan diantaranya sakit kepala dan dapat meningkatkan kelelahan.
b. Disability glare yaitu cahaya yang sangat mengganggu karena mata langsung menerima silau cahaya yang dipancarkan. Contohnya menatap matahari. Efek yang ditimbulkan adalah merusak mata mungkin juga dapat mengakibatkan kebutaan.
Dilihat dari objeknya glare digolongkan ke dalam dua macam direct dan indirect glare zone.
Sumber‐sumber glare :
a. Lampu yang dipasang terlalu rendah tanpa pelindung
b. Jendela atau ventilasi cahaya yang langsung berhadapan dengan mata
c. Cahaya dengan terang yang berlebihan
d. Pantulan dari permukaan terang.
Untuk menghindari glare dapat dipasang penyerap cahaya atau warna yang dapat menyerap cahaya, memasang pelindung pada sumber cahaya dan menghindari atau menjauhkan sumber cahaya yang berlebihan.
Gambar 2.3 Direct‐Glare Zone dan Indirect‐Glare Zone
3. Kontras yang tepat
Untuk dapat melihat objek dengan jelas maka perlu kekontrasan. Kontras yang kurang berakibat kesulitan untuk melihat benda tersebut, kontras yang berlebihan pun akan mengakibatkan kesalahan dan kesulitan untuk melihat objek.
4. Kualitas Pencahayaan (brightness) yang tepat
Menunjukkan jangkauan dari luminansi dalam daerah penglihatan. Perbandingan
terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. Brightness yang tepat akan memberikan efek produktivitas yang tinggi pada pekerja.
5. Bayangan (shadow) dan distribusi cahaya yang baik
Bayang‐bayang yang tajam adalah akibat dari sumber cahaya buatan yang kecil atau cahaya matahari. Secara umum shadow digunakan untuk inspeksi menunjukkan cacat pada permukaan suatu barang. Dengan distribusi cahaya yang baik maka akan dapat mengurangi kelelahan pada mata kita karena harus selalu fokus kepada objek yang dilihat.
6. Pemilihan Warna yang tepat
Pengaruh adanya warna akan dapat dirasakan dalam kemudahan melihat. Warna dapat meminimalisir kelelahan pada mata. Warna ‐warna gelap. Tingkat pencahayaan biasanya diukur dalam istilah Illuminance atau penerangan, yaitu flux‐flux yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang di pancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan.
Kuat Cahaya (Illuminance) = 2 mindousfluxLu (lux)
Tabel Reflektivitas dari cat tertentu dan bahan‐bahan kayu
F. TEMPERATUR
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semuanya ini dari keadaan normal tubuh. Suhu pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit berfluktuasi di sekitar 370 Celcius yang terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh (core temperature). Suatu core temperature yang konstan adalah merupakan prasyarat untuk fungsi normal dari fungsi vital yang paling penting. Lawan dari core temperature adalah shell temperature, yaitu yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu.
Gambar 2.4 Temperature Tubuh Manusia
Menurut untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda‐beda, yaitu sebagai berikut :
1. 490 Celcius, temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas kemampuan fisik dan mental.
2. 300 Celcius, aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.
3. 240 Celcius, kondisi kerja optimum.
4. 100 Celcius, kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh hasil bahwa produktifitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 240 Celcius sampai 270 Celcius. Dengan demikian untuk dapat mengendalikan suhu badan agar tetap konstan dan untuk mengurangi pengaruh‐pengaruh negatif yang muncul, misalnya kelelahan fisik, adalah dengan cara‐cara berikut ini :
1. Pengendalian suplai darah kepada dan dari kulit. Jika kulit kedinginan, darah akan membawa panas dari dalam badan (suhu inti) ke kulit. Sedangkan darah yang dingin dari kulit akan menarik diri ke bagian dalam badan. Di samping itu, kulit akan menyempitkan pori‐pori hingga penurunan suhu akan terhambat.
2. Mengendalikan suhu dengan jalan berkeringat. Jika kulit kepanasan, darah dari badan bagian dalam akan makin banyak mengalir ke bagian kulit, dan keringat akan mengalir keluar melalui kulit.
3. Meningkatkan produksi panas. Dengan menggerakkan otot (menggigil atau olah raga) proses metabolisme akan menjadi lebih giat sehingga panas akan lebih banyak dihasilkan. Sebaliknya, apabila produksi panas hendak diturunkan, maka badan harus didinginkan agar proses katabolisme otot dan organ‐organ lain menjadi lebih besar.
Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian.
2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh < 1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.
3. Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak penghilang keringat.
4. Heat Cramps. Merupakan kejang‐kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
5. Head Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
6. Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
G. Pertukaran Panas Dengan Lingkungan
Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas. Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur inti atau utama tubuh agar tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di luar tubuh. Oleh karenanya ada suatu pertukaran yang tetap dari panas antara tubuh dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengatur pengendalian panas secara fisiologi dan fisika. Grandjean (1986) membagi proses fisika tersebut menjadi empat bagian :
1. Konduksi
Pertukaran panas oleh konduksi tergantung pada konduktifitas obyek dan material yang bersentuhan dengan kulit. Konduktifitas sangat penting di dalam pemilihan material untuk kepentingan suatu perancangan, misalnya lantai, mebel, dan bagianbagian yang akan dipegang yang berada dalam stasiun kerja. Sebagai contoh, misal orang yang duduk di musim dingin (daerah subtropis). Yang pertama duduk di atas batu dan yang kedua duduk di atas batang pohon. Tentu akan dirasakan perbedaannya. Pertama, batu akan terasa sangat dingin karena mengkonduksi panas ke arah luar tubuh, sedangkan yang kedua, batang pohon akan terasa tidak begitu dingin karena mengkonduksi panas lebih sedikit.
2. Konveksi
Pertukaran panas melalui konveksi tergantung sepenuhnya pada perbedaan temperatur antara kulit dan udara sekeliling, dan juga pada aliran gerakan udara. Pada kondisi yang normal, proses ini terhitung sampai 25‐30% dari total proses perpindahan panas dalam tubuh manusia. Misal kita merasa tubuh kita kedinginan, kemudian kita akan masuk ke ruangan yang sebelumnya telah dipanaskan dengan heater. Pada saat kita masuk ruangan maka akan terjadi pertukaran panas dari udara di dalam ruangan ke tubuh kita sehingga kita merasa hangat. Di sinin terjadi pertukaran panas akibat adanya perbedaan antara temperatur pada kulit kita dengan udara di dalam ruang.
3. Evaporasi
Evaporasi yaitu hilangnya panas dengan proses keluarnya keringat di bagian kulit menguap. Menguapnya keringat akan mengkonsumsi energi panas laten. Jumlah panas laten untuk proses evaporasi tersebut menurut Grandjean (1986) adalah sebanyak 0,58 kcals per gram air yang menguap. Seberapa banyak panas yang hilang melalui penguapan akan tergantung pada luasnya kulit yang akan dilalui oleh keringat yang berada antara udara dan kulit. Faktor lain yang juga penting adalah aliran udara sekeliling, satu pihak akan meningkatkan gradien tekanan uap, tetapi di lain pihak akan mendinginkan kulit dengan proses konveksi, yang nantinya akan menurunkan jumlah penguapan keringat. Misal pada musim panas kulit kita akan cenderung lebih banyak mengeluarkan keringat daripada pada saat kondisi musim dingin.
4. Radiasi
Proses pertukaran panas melalui radiasi terjadi antara tubuh manusia dan sekelilingnya dalam dua arah sepanjang waktu. Radiasi panas banyak dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban dan aliran udara. Hal ini tergantung sekali pada perbedaan temperatur di antara kulit dan medium yang berdekatan dengan kulit. Contoh radiasi manusia dengan sekelilingnya (dinding, benda mati atau manusia) dalam dua arah sepanjang waktu. Perbedaan suhu dalam ruang dengan suhu luar ruang gedung disarankan sebagai berikut :
1. Suhu luar gedung : 20 22 24 26 28 30 32
2. Suhu dalam gedung : 20 21 22 23 24,5 26 28
Beberapa contoh suhu yang diperkirakan cukup nyaman dalam berbagai keadaan :
1. Ruang pertemuan atau rapat : 26 – 27 oC
2. Ruang olah raga : 19,5 – 22,3 oC
3. Ruang tunggu : 26 –27 oC
4. Ruang pertunjukan : 24 – 26 oC
5. Ruang istirahat : 27 oC
6. Kamar mandi : 27 oC
7. Dapur atau Cafetaria : 23 oC
8. Gudang : 22 oc
H. KELEMBABAN (HUMIDITY)
Yang dimaksud kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya. Suatu kedaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar‐besaran (karena sistem penguapan). Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.
I. GETARAN (VIBRATION)
Getaran dapat didefinisikan dalam beberapa arti, seperti : osilasi mekanik, gerakan partikel di sekitar equilibrium (salah satu bagian otak) yang memberikan efek pada kesehatan, kenyamanan, dan performans dari sesorang. Getaran dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas getaran itu sendiri. Frekuensi diukur dengan hertz (Hz) dan intensitas getaran dapat diukur dengan berbagai cara misalnya : tinggi amplitudo, akselerasi, kecepatan dan tinggi penempatan getaran. Getaran berdasarkan komponen orthogonal :
X : dari depan ke belakang
Y : sampng ke samping
Z : atas ke bawah.
Dua area dimana efek dari getaran mekanis pada tubuh manusia memberikan perhatian yang lebih besar adalah getaran mekanis lengan tangan dan getaran mekanis seluruh tubuh.
Getaran berdasarkan keteraturannya :
1. sinusoidal : dipengaruhi oleh getaran yang teratur
2. random : dipengaruhi oleh ketidakaturan dan tidak dapat diprediksi getarannya, biasanya dari getaran alat‐alat yang ada di dunia nyata. Getaran berdasarkan lokasi yang dikenai terdiri dari :
3. getaran seluruh badan : terdapat tiga macam yaitu getaran vertikal, getaran
4. horizontal dan getaran lateral.
5. getaran pada lokasi tertentu (lokal) : biasanya pada bagian pundak dan jari tangan yang diakibatkan oleh hand tools.